berhubung sekarang aku anggota PII (Pelajar Islam Indonesia) jdi mo ngenalin sedikit tentang sejarah PII dan apa itu PII.
Simak baik-baik yaa.??
kali aja berminat buat gabung...
Logo Pelajar Islam Indonesia | |
Pembentukan | 4 Mei 1947 M, 12 Jumadits Tsani 1366 H |
---|---|
Jenis | Organisasi |
Tujuan | Pendidikan, Kebudayaan, dan Dakwah (Islam) |
Kantor pusat | Kota Jakarta, Indonesia |
Wilayah layanan | Indonesia |
Keanggotaan | 3 juta |
Ketua Umum | Muhammad Ridha |
Situs web | Situs resmi |
Sejarah
Pembentukan
Salah satu faktor pendorong terbentuknya Pelajar Islam Indonesia (PII) adalah dualisme sistem pendidikan di kalangan umat Islam Indonesia yang merupakan warisan kolonialisme Belanda, yakni pondok pesantren dan sekolah umum. Masing-masing dinilai memiliki orientasi yang berbeda. Pondok pesantren berorientasi ke akhirat sementara sekolah umum berorientasi ke dunia. Akibatnya pelajar Islam juga terbelah menjadi dua kekuatan yang satu sama lain saling menjatuhkan. Santri pondok pesantren menganggap sekolah umum merupakan sistem pendidikan orang kafir karena produk kolonial Belanda. Hal ini membuat para santri menjuluki pelajar sekolah umum dengan "pelajar kafir". Sementara pelajar sekolah umum menilai santri pondok pesantren kolot dan tradisional; mereka menjulukinya dengan sebutan "santri kolot" atau santri "teklekan".Pada masa itu sebenarnya sudah ada organisasi pelajar, yakni Ikatan Pelajar Indonesia (IPI) namun organisasi tersebut dinilai belum bisa menampung aspirasi santri pondok pesantren. Hal ini menjadi kerisauan seorang pelajar STI Yogyakarta, Joesdi Ghazali. Oleh karena itu, pada tanggal 25 Februari 1947 ketika sedang beri'tikaf di Masjid Besar Kauman Yogyakarta, terlintas dalam pikirannya, gagasan untuk membentuk suatu organisasi bagi para pelajar Islam yang dapat mewadahi segenap lapisan pelajar Islam. Gagasan tersebut kemudian disampaikan dalam pertemuan di gedung SMP Negeri 2 Setyodiningratan, Yogyakarta. Kawan-kawannya yang hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain: Anton Timur Djaelani, Amien Sjahri dan Ibrahim Zarkasji, dan semua yang hadir kemudian sepakat untuk mendirikan organisasi pelajar Islam.
Hasil kesepakatan tersebut kemudian disampaikan Joesdi Ghazali dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), 30 Maret-1 April 1947. Karena banyak peserta kongres yang menyetujui gagasan tersebut, maka kongres kemudian memutuskan melepas GPII Bagian Pelajar untuk bergabung dengan organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk. Utusan kongres GPII yang kembali ke daerah-daerah juga diminta untuk memudahkan berdirinya organisasi khusus pelajar Islam di daerah masing-masing.
Menindaklanjuti keputusan kongres, pada Minggu, 4 Mei 1947, diadakanlah pertemuan di kantor GPII, Jalan Margomulyo 8 Yogyakarta. Pertemuan itu dihadiri Joesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani dan Amien Syahri mewakili Bagian Pelajar GPII yang siap dilebur di organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk, Ibrahim Zarkasji, Yahya Ubeid dari Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi dari Pergabungan Kursus Islam Sekolah Menengah (PERKISEM) Surakarta serta Dida Gursida dan Supomo NA dari Perhimpunan Pelajar Islam Indonesia (PPII) Yogyakarta. Rapat dipimpin oleh Joesdi Ghozali itu kemudian memutuskan berdirinya organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) tepat pada pukul 10.00, 4 Mei 1947. Untuk memperingati momen pembentukan PII, tanggal 4 Mei diperingati sebagai Hari Bangkit PII (HARBA PII). Hal dianggap sebagai momen kebangkitan dari gagasan yang sebelumnya sudah terakumulasi, sehingga tidak digunakan istilah hari lahir atau hari ulang tahun.
Pengurus Besar dari masa ke masa
No | Ketua Umum | Sekretaris Jenderal | Komandan Brigade | Ketua PII Wati | Dari | Sampai |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | Joesdi Ghazali | Ibrahim Zarkasji | belum ada | belum ada | 1947 | 1947 |
2 | Noersjaf | Joesdi Ghazali | Abdul Fattah Permana | belum ada | 1947 | 1948 |
3 | Anton Timoer Djailani | A. Halim Tuasikal | belum ada | 1948 | 1950 | |
4 | Anton Timoer Djailani | A. Halim Tuasikal | belum ada | 1950 | 1952 | |
5 | Ridwan Hasjim | belum ada | 1952 | 1954 | ||
6 | Amir Hamzah Wirjosoekanto | belum ada | 1954 | 1956 | ||
7 | Ali Undaja | belum ada | 1956 | 1958 | ||
8 | Wartomo Dwijuwono | Agus Sudono | belum ada | 1958 | 1960 | |
9 | Thaher Sahabuddin | Endang T. Djauhari | belum ada | 1960 | 1962 | |
10 | Ahmad Djuwaeni | Hartono Mardjono | belum ada | 1962 | 1964 | |
11 | Syarifuddin Siregar Pahu | M. Husni Thamrin | Wifra Ilyas | 1964 | 1966 | |
12 | M. Husni Thamrin | Utomo Dananjaya | 1966 | 1966 | ||
12 | M. Husein Umar | Khozien Arief | 1966 | 1969 | ||
13 | Utomo Dananjaya | 1966 | 1969 | |||
14 | M. Husein Umar | Khozien Arief | 1969 | 1973 | ||
14 | Usep Fathuddin | 1969 | 1973 | |||
15 | Yusuf Rahimi | Nurdiati Akma | 1973 | 1976 | ||
16 | Ahmad Jonanie Aloetsjah | 1976 | 1980 | |||
17 | Masyhuri Amin Mukhri | 1980 | 1983 | |||
18 | Mutammimul Ula | A. Rasyid Muhammad | 1983 | 1986 | ||
19 | Chalidin Yacobs | Mukhlis Abdi | 1986 | 1989 | ||
20 | Agus Salim | Abdullah Baqir Zein | 1989 | 1992 | ||
21 | Syaefunnur Maszah | Abdul Rahman Farid | Marfuah Musthafa | 1992 | 1995 | |
22 | Abdul Hakam Naja | Zaenul Ula MJ | Supriatna | Istianah Hamid | 1995 | 1998 |
Asep Effendi | ||||||
Subarman HS | ||||||
23 | Djayadi Hanan | Irfan Maulana Amrullah | Ujang Supriadi | Tirta Murlina | 1998 | 2000 |
Rofiq Azhar | Herry D. Kurniawan | |||||
24 | Abdi Rahmat | Fajar Nursahid | Muhammad Shood Solehuddin | Nani Hayati | 2000 | 2002 |
Muhammad Sujatmoko | Desi Refida Minda Sari | |||||
25 | Zulfikar | Romdin Azhar | Zaenal Abidin | Aryani Fatimah | 2002 | 2004 |
Tri Suharyadi | ||||||
26 | Delianur | Jen Zuldi RZ | Nurdiansyah | Hanik Riwayati | 2004 | 2006 |
Pujo Priyono | ||||||
27 | Muhammad Zaid Markarma | Nuril Anwar | Deni Rusdiana | Nur Amelia | 2006 | 2008 |
Yudi Helfi | Jamaluddin Hidayat | |||||
28 | Nashrullah Al-Ghifary | Ahmad Jojon Novandri | Ahmad Syahidin | Nur Amelia | 2008 | 2010 |
29 | Muhammad Ridha | Ridhwan Zulmi | Zulfikar Kareung | Maryam Ali | 2010 | 2012 |
[sunting] Kaderisasi
Salah satu kelebihan organisasi pelajar ini adalah pada sistem kaderisasinya, yaitu sistem Ta'dib. Organisasi ini mempunyai pola kaderisasi berjenjang yang mengkombinasikan aktivisme, intelektualisme, dan religiusitas. Istilah Ta'dib dikembangkan oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas walaupun PII tidak mendasarkan Ta'dibnya kepada pemikiran Naquib. Istilah Ta'dib digunakan sebagai pembeda dari istilah tarbiyah yang menurut penyusun konsep kaderisasi PII tidak bermakna spesifik. Konsep tarbiyah bersifat umum sementara ta'dib lebih bersifat spesifik pada pendidikan dalam rangka menciptakan manusia yang lebih beradab.Ta'dib sendiri merupakan sistem kaderisasi baru yang digunakan PII sejak era reformasi yang menandai munculnya kembali PII di ranah kehidupan publik setelah dibekukan oleh perintah orde baru dalam kasus pemaksaan asas tunggal. Sistem ini mengkombinasikan tiga model pembinaan kader melalui jalur training, ta'lim dan kursus.
Sistem Kaderisasi PII merupakan suatu pendekatan progresif dalam pembelajaran di Indonesia. Para kader dididik dengan pendekatan partisipatif dalam paradigma pendidikan orang dewasa (andragogi) yang mendorong tumbuhnya kesadaran kritis semenjak dini. Dalam pendidikan di PII setiap warga belajar dihormati sebagai orang dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan sehingga keberadaan mereka dihargai. Dalam proses pendidikan model ini, para instruktur bukanlah guru yang paling tahu tentang materi yang sedang dibahas melainkan hanya fasilitator yang juga belajar dalam proses itu.
Pendekatan ini telah dilakukan PII semenjak tahun 1960-an.
[sunting] Training
[sunting] Ta'lim
[sunting]KursusAlumni PII
Sebagai organisasi kader, masa aktif di PII sangat terbatas hanya pada usia sekolah/mahasiswa. Setelah itu, seorang kader menjadi alumni PII dan dikenal sebagai Keluarga Besar PII. Sebagian alumni PII melanjutkan aktifitasnya di organisasi atau lembaga lain sehingga seringkali lebih dikenal sebagai tokoh di lembaga tersebut. Sebagian besar alumni PII tahun 1960-an identik dengan alumni HMI selain ada juga yang menjadi anggota IMM, PMII, dan lainnya. Selanjutnya sebagian melanjutkan ke jalur politik namun cenderung tidak monolitik sehingga tersebar di berbagai Partai Politik mulai dari Parpol Islamis sampai Parpol Sekular. Di samping jalur politik, tidak sedikit di antara mereka menjadi kaum profesional, pegawai, pengusaha, guru, tentara, pendakwah, pekerja sosial dan lainnya. Beberapa alumni PII antara lain Adi Sasono (ICMI), Umar Anggara Jenie (Peneliti Senior), Sugeng Sarjadi (SSS), Utomo Danajaya (Paramadina), Jimly Asshiddiqie, Hatta Rajasa, Sutrisno Bachir, Ganjar Kurnia (Rektor Universitas Padjajaran), Taufiq Ismail (Penyair), Ebiet G. Ade (Penyanyi), Sofyan Jalil (Profesional), KH. Cholil Ridhwan (Ulama), Arief Rahman (Pakar Pendidikan), Hasyim Muzadi (NU), Jusuf Kalla (Mantan Wakil Presiden RI), Musthafa Abu Bakar (Meneg BUMN), dan Tifatul Sembiring (Menkominfo)Sebagai sarana komunikasi antar alumni PII dibentuk suatu wadah Perhimpunan Keluarga Besar PII (Perhimpunan KB PII) yang menggalang sinergitas antar alumni PII dari berbagai sektor. Perhimpunan KB PII pernah dipimpin oleh Letjend (Purn) ZA Maulani, dan Prof. Dr. M. Ryaas Rasyid. Saat ini perhimpunan KB PII dipimpin oleh DR. Tanri Abeng.